Senin, 19 Juli 2010

Remaja Jawa Suriname Tidak Minati Seni

Dari Radi Netherlands

Minim Penguasaan Bahasa Menjadi Penghambat

Eka Tanjung

Tidak banyak remaja yang hadir pada acara peringatan 118 tahun imigrasi bangsa Jawa ke Suriname. Pada acara yang digelar di Restoran Jawa de Smeltkroes Amsterdam itu lebih banyak dibanjiri generasi 30 tahun ke atas dan anak-anak kecil. Hanya ibu dan pria setengah baya yang menyaksikan dengan seksama pertunjukan wayang Ki Dalang Soekiban, berlakon "Pendawa Tapa di Tegal Kuruseta."

Dari seratusan pasang mata yang hadir, jumlah remajanya tidak lebih dari hitungan jari. Tampaknya remaja kurang berminat dengan acara yang menampilan berbagai pertunjukan kesenian Tari Serimpi, Tarian Gandrungan sampai Wayangan itu.

Bahasa Jawa
Pak Soekiban, dalang yang khusus didatangkan dari Suriname itu menyadari sulitnya menarik minat generasi muda untuk kesenian Jawa. Ia punya pengalaman sendiri di Suriname. Di sanggarnya perkampungan Jawa Blauwgrond, masih ada tiga remaja yang sedang belajar ndalang. "Tapi mereka masih belum berani, tampil di depan publik." Persoalannya bukan menggerakan wayangnya, katanya. "Tiga anak didik saya memang sudah bisa mencolot-mencolot dan njantur, tapi tidak bisa bahasa Jawa." Berbeda dengan Pak Soekiban yang masih kental Jawa walau kadang terdengar nuansa Surinamenya. Ia menggunakan bahasa level Madya, menengah. Pak Kiban, panggilan akrabnya, adalah generasi ke dua yang lahir di Suriname. Orang tuanya lahir di Banyumas Jawa Tengah.

Tidak Tertarik
Walaupun belum pernah ke Indonesia, pria 74 tahun itu masih merasa punya ikatan dengan tanah asal orantuanya. Ia ingin tetap meng-uri-uri budaya Jawa. Generasi muda tidak tertarik karena sudah tidak bisa bahasa jawa lagi. "Mereka itu sudah ora inter boso jowo." Termasuk cucunya sendiri juga sudah lupa bahasa Jawa, anak-anak remaja lebih suka menggunakan bahasa Belanda dan Neger Engels, bahasa pergaulan.

Masalah Regenerasi
Persoalan penerusan generasi ini memang menjadi salah satu topik penting di komunitas Jawa Suriname, baik yang di Suriname sendiri maupun di Belanda. Seperti yang diutarakan Ibu Sarah Matkasdjo, pesinden tunggal pada wayangan Soekiban. Ibu Sarah yang tinggal di Amsterdam Belanda itu belajar menjadi sinden tanpa guru. "Saya belajar sendiri, mencari gending sendiri sampai akhirnya membuat CD sendiri dan dipasarkan." Demikian ungkapnya dalam bahasa jawa fasih.

Di Belanda Lebih Besar
Menurut ibu Sarah, di Belanda ini sudah sulit untuk mengajak anak-anak muda Jawa untuk belajar nyinden. "Mereka lebih tertarik dengan musik-musik modern seperti Salsa, Merengue, Disko dan lainnya." tuturnya bernada kecewa. Ibu Sarah sudah mencoba mengajak beberapa anak muda untuk belajar nyinden atau menari. "Mereka biasanya mau menari tapi tidak mau menyanyi. Dadi koyo ledek bisu kaƩ."

Di Suriname Masih Ada Harapan
Walaupun kalangan muda Jawa Suriname di Belanda tidak aktif di kesenian, namun masa depan kesenian dan kebudayaan Jawa di Suriname sendiri masih ada harapan. Masih ada generasi yang menjalankan kegiatan kesenian. "Masih ada yang belajar menjadi dalang, menari, tari Serimpi, Ande-ande Lumut dan lainnya," demikian Bu Sarah menuturkan pengalamannya menyaksikan perkembangan di Suriname sendiri.

Pak Soekiban juga menambahkan bahwa kesenian Jawa di Suriname jalan terus walaupun tidak sebagus saat ini. Ia sadar bahwa penguasaan bahasa Jawa adalah syarat untuk melestarikan seni Jawa. "Itu bisa dicapai kalau ada jalinan kerjasama budaya antara Jawa Suriname dengan Jawa di Jawa sendiri," kata pak Soekiban.

Di penghujung bincang malam itu Pak Soekiban, yang sudah mulai renta itu dan sulit menggerakan kakinya itu berpesan, "tolong ya budaya dan seni jawa jangan sampai habis. Saya sudah tua, tidak akan mengalami lagi. Sekarang giliran yang muda."

Kata Kunci: Jawa Suriname, Punah, regenerasi, Seni, Wayang

1 komentar:

  1. Blog yang bagus... semoga terus berkembang.... Saya ingin berbagi article tentang Jalanan di Tokyo ke Kasuga Taisha di http://stenote-berkata.blogspot.com/2018/05/dari-jalanan-tokyo-ke-kuil-kasuga-taisha.html
    Lihat juga video di youtube https://youtu.be/Kx8RkBteUZQ

    BalasHapus